Wednesday, 12 October 2011

Dindik Kirim Edaran ke Kelurahan

SURABAYA – Upaya mensukseskan wajib belajar (wajar) 12 tahun terus dilakukan. Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya meminta seluruh kelurahan untuk mendata anak putus sekolah yang tidak melanjutkan ke SMA.


Untuk mengetahui keberadaan anak usia SMA putus sekolah, Dindik membuat surat edaran ke pelosok-pelosok.“Saya akanbuat surat edaran.Surat akan disebar ke seluruh pelosok-pelosok daerah. Surat kami tujukan ke kelurahan, RT atau RW se-Surabaya,” kata Plt Kepala Dindik Surabaya M.Taswin.

Surat edaran ini untuk mengetahui berapa besar angka anak putus sekolah di masingmasing daerah. Sebab selama ini Dindik belum mengetahui secara pasti keberadaan anak-anak putus sekolah tersebut.Tercatat, ada 6.000 anak usia SMA yang tidak melanjutkan sekolah.

“Itu angka kasar.Saya yakin tidak sebesar itu,”ujar dia. Keyakinan Taswin bukan tanpa dasar.Menurutnya anakanak putus sekolah itu banyak yang melanjutkan ke sekolah lanjutan, tetapi memilih sekolah di luar Surabaya. Jumlah tersebut belum terdeteksi oleh Dindik Surabaya. “Kalau sudah ada hasil pemantauan nanti akan saya beber hasilnya,” terangnya.

Sebenarnya Surabaya merupakan kota yang menjalankan program wajar 12 tahun. Sebelum pemerintah pusat mencanangkan wajar 12 tahun, Surabaya sudah lebih dulu mengalokasikan anggaran yang cukup.Namun pemerintah pusat baru menerapkan aturan ini pada 2013. “Kita tidak mau disalahkan. Harusnya pusat yang berterima kasih kepada kita (Surabaya). Anggaran sudah disediakan sedangkan pusat belum mencairkan.Yang jelas kami komitmen menuntaskan wajar 12 tahun,”ungkap dia.

Anggota Komisi D DPRD Surabaya Eddi Budi Prabowo mengaku kaget dengan jumlah angka putus sekolah usia SMA. Menurut dia ada yang salah dalam proses penuntasan wajar 12 tahun. “Saya khawatir ada salah kebijakan yang diterapkan pimpinan lama.Wali kota harus berani melakukan peru-bahan kebijakan untuk kemajuan pendidikan,”katanya.

Eddi menjelaskan, angka 6.000 merupakan angka yang fantastis. Dindik harus segera mencarikan penyelesaian persoalan ini. Jika tidak,maka akan berimbas kepada keberhasilan dunia pendidikan. Dia yakin jika persoalan anak putus sekolah tidak diselesaikan maka citra pendidikan Surabaya bertambah buruk.

“Pendidikan Surabaya tidak akan bisa memperoleh prestasi yang baik kalau menuntaskan kasus ini tidak becus,” ungkap politisi Golkar ini. Di sisi lain, Kadindik Jawa Timur Harun meminta seluruh kabupaten/kota membantu memberantas buta aksara. Caranya dengan menuntaskan wajar 12 tahun.“Saya berharap kabupaten/kota serius menuntaskan wajar 12 tahun,” katanya.

Anak putus sekolah usia SMA,lanjut Harun, masih ada di Jatim.Untuk mengatasi masalah itu, Diknas akan melengkapi fasilitas sekolah, di antaranya pembangunan sekolah di daerah-daerah. “Seiring dengan penerapan program wajar 12 tahun, pembangunan sekolahan akan ditambah,” beber Harun. arief ardliyanto

No comments:

Post a Comment